Kajian Islam Whatsapp : Hadits Arba'in ke 20

KAJIAN HADIS ARBA’IN

Oleh Ust. HILMAN ROSYAD SYIHAB

Sabtu Subuh, 28 Maret 2015

HADITS KE-20


 عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْ لُ الله صلى الله عليه  وسلم   اِنَّ مِمَا اَدْرَكَ النَّاس مِنْ كَلَا مِ النُّبُوَّةَ الْاُولى , اِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ (رواه البخارى)
Artinya:
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah : "Jika engkau tidak malu, perbuatlah apa yang engkau suka ".
(Riwayat Bukhori)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
😔 Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya.Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun.
😔 Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya.
😔 Rasa malu merupakan prilaku dan dapat dibentuk. Maka setiap orang yang memiliki tanggung jawab hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi tanggung jawabnya.
😊 Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran .
Allah ta’ala berfirman :واللهُ لَا يَسْتَحْيِ مِنَ الْحَقِّ
“Dan Allah tidak malu dari kebenaran “
(QS Al Ahzab [33] : 53).

😊 Diantara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji)
😔 Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan. 

Tema hadits /  موضوعات الحديث :
Menumbuhkan rasa malu sesuai proporsinya,
QS Al Ahzab [33] : 53

Penjelasan Kajian Hadist Arba’in ke-20

 Al haya’u minal iman
 Malu itu sebagian dari iman

Rasulallah SAW merupakan orang yang memiliki sifat malu yang begitu melekat dalam dirinya, bahkan Rasul lebih malu daripada wanita yang sedang dipingit. Namun Rasul tidak malu jika dalam kebenaran. Rasul berani mengatakan yang benar tanpa malu-malu.

QS Al Ahzab [33] : 53 membahas tentang adab bertamu dan menghadiri undangan
Ayat ini turun berkenaan dengan tamu yang mendatangi Rasul.

👪 Suatu ketika ada beberapa orang yang datang bertamu ke rumah Rasul. Di wajah mereka terlihat bahwa mereka ingin sekali disuguhkan makanan oleh Rasul. Rasul pun menghidangkan makanan untuk mereka. Setelah mereka makan suguhan makanan yang telah disediakan Rasul, mereka pun tidak segera pulang, mereka masih berlama-lama dan mengajak Rasul untuk berbincang-bincang lebih lanjut.  Sementara Rasul sendiri didalam hatinya menginginkan mereka segera pulang setelah makan karena Rasul masih memiliki keperluan lain yang hendak ia lakukan, tapi Rasul merasa malu untuk mengungkapkannya.

Di ayat ini terkandung bahasan mengenai adab bertamu atau menghadiri undangan. Ketika kita bertamu ke rumah orang, hendaknya kita menerima apa saja makanan yang disajikan oleh tuan rumah tanpa meminta suguhan macam-macam. Dan segera pulang jika telah selesai makan makanan yg dihidangkan. 

Pada hadist arbain ke 20 ini mengandung perintah agar kaum muslimin memiliki sifat malu, walau kalimatnya seakan membolehkan seseorang berbuat sesukanya. Gaya bahasa dalam kalimat ini disebut dengan “tahdid” (yaitu suatu perintah tapi bermaksud larangan). Dalam bahasa sunda disebut “nyungkun” .
Contoh dalam keseharian kita, ada seorang anak mengambil makanan yang dihidangkan dalam jumlah banyak, lalu temannya berkata, “sekalian aja makan tuh semuanya”. Teman ini berkata demikian tujuannya untuk mengingatkan anak tersebut agar mengambil makanan secukupnya sehingga teman yang lain bisa mendapatkan makanan tsb dan ikut merasakannya. 

 💌☝  Jika Rasul sudah mengatakan demikian, maka memiliki sifat malu itu adalah suatu keharusan sebagaimana perintah Allah agar kita mentaati Allah dan RasulNya dan meninggalkan apa yang dilarang Allah dan RasulNya.

💌☝Kita perlu memahami apa saja hal yang perlu sifat malu dan apa saja hal yang tidak harus malu. Apa yang diharuskan untuk malu, maka tidak boleh ditinggalkan, harus dilakukan.

Beberapa Hal yang tidak boleh malu antara lain dalam :
💦💥 Kebenaran
💦💥 Amar ma’ruf nahi mungkar
💦💥 Sesuatu yang haq
💦💥 Antar pasangan suami istri
💦💥 Menuntut ilmu

Untuk mengatakan yg benar, yg haq atau melakukn amar ma'ruf nahi munkar rasa malu harus ditanggalkan, walaupun demikian kita tetap HARUS menggunakan cara yang SOPAN & EFEKTIF agar bisa mencegah kemungkaran dengan cara yang baik.

🍃🌺 Malu (Al Haya’) itu merupakan sifat/sikap dari akhlakul karimah (akhlak yang mulia).

“Tidak akan keluar dari rasa malu kecuali kebaikan demi kebaikan”.

🙋 Apa itu Akhlak ❓
Definisi Akhlak
Akhlak adalah respon spontan atas kejadian/peristiwa/situasi yang dialami seseorang.

Sikap/sifat malu akan mendatangkan akhlak mulia lainnya, yaitu :
🍒 Responsibility atau tanggungjawab berasal dari kata respon dan able, artinya orang yang memperhitungkan apa yang dia respon terhadap sesuatu.
🍒 Integritas yang dipengaruhi oleh sikap tanggungjawab terhadap apa yang diperbuat
🍒 As Sidqu sebagai salah satu bagian dari integritas diri. As Sidqu ini lebih tinggi daripada jujur.
🍒 Berani, sifat malu yang benar akan mendatangkan sifat berani dalam menegakkan kebenaran karena ia tahu dimana harus menempatkan rasa malunya.

Untuk itu beberapa sifat mulia yang harus dimiliki oleh setiap Muslim diantaranya :
💐 As Sidqu
Hendaklah kalian miliki karakter jujur/integritas yang akan mengarahkan pada kebaikan dan hendaklah jauhi dusta. Suami dengan istri hendaknya jujur. Dari  sifat jujur ini akan melahirkan sifat setia, setia pada pasangannya.
💐 Al Haya’
Malu dari :
🐾 a. Berbuat dosa dan maksiat
🐾 b.  Hal-hal yang berkaitan dengan terungkapnya aib dan kekurangan kita
🍃🍁🍃🍁🍃🍁
Rasa malu dimiliki dengan 2 sebab yaitu :
🌿🍋🅰 A. Habitat dirinya atau lingkungannya yang memelihara sifat malu sehingga ia terbina sejak kecil dengan sifat malu yang menjadi bawaan lahirnya. Sejak kecil hingga dewasa ia senantiasa menampilkan sifat malu.

Para sahabat selalu bertanya pada Rasulallah, diantaranya sahabat bertanya tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh muslim/ah, yaitu :
👪 💕1⃣ Berbuat baik (Al Birru)
Apa itu Al Birru ?
Al Birru artinya perbuatan baik. Kebaikan itu akan membawa pada :
👍✅ ketaqwaan (taqwa), ketaatan pada Allah (melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya),
👍✅ akhlak yang sempurna (khusnul khuluq)
Kebaikan itu berkaitan vdengan rasa tanggungjawab.

👪💕 Tidak banyak berbuat dosa.
Apa itu dosa?
Dosa itu adalah sesuatu yang bergemuruh di dalam hati atau ada kegelisahan dan tidak suka perbuatan tersebut diketahui orang banyak, adanya perasaan sangat takut karena ia yang tahu apa yang ada dalam hatinya.
Dosa berkorelasi dengan rasa malu.  Ia tidak mau aibnya terbongkar dan diketahui orang lain.

Malu merupakan akhlak yang sangat baik yang dapat berakibat pada banyak hal diantaranya :
🐠 a. Bersegera dalam beramal baik (fastabiqul khairat).
Seseorang yang memiliki rasa malu, maka ia akan menutupi rasa malunya itu dengan banyak melakukan amal kebaikan. Misalnya sodaqoh, shalat dengan lebih khusyu’ dan lebih giat. 
🐠 b. Terpeliharanya integritas diri
Dengan adanya sifat malu, maka as sidqu atau kejujuran akan terpelihara sehingga menjaga kita agar menjadi orang yang waqa’ (setia).
Suami tidak membohongi istri, begitupun sebaliknya. Kesetiaan pun akan lahir karena ada rasa malu.
🐠 c.  Melahirkan sikap berani karena malu yang dimiliki adalah sesuatu yang terukur, ia mengetahui dengan baik kapan waktunya mengenakan rasa malu dan kapan tidak.
Moral keberanian akan mendorong seseorang untuk berjihad karena ia sudah mengetahui kebenaran. Ia akan merasa malu jika tidak melakukannya. Adanya rasa malu akan mendorong keberanian seseorang untuk mengatakan kebenaran terhadap pemimpin yang zalim ( ia akan berani berkata yang benar di depan pemimpin yang zalim)

🌿🍋🅱 B. Rasa malu yang diperoleh atau dihadirkan dengan adanya usaha.
Mungkin lingkungannya tidak demikian, tapi karena ia terus belajar Islam sehingga ia mendapatkan cahaya hidayah Allah yang membuat ibadahnya semakin baik dan pemahamannya akan Al Quran juga semakin baik. Ia pun berusaha untuk menanamkan rasa malu dalam dirinya.

🌼 Rasa malu bagi anak wanita itu bagaikan dua sisi mata uang. Wanita itu HARUS  memiliki sifat malu karena Allah ciptakan wanita berbeda dengan laki-laki.
🎈a.  Secara fitrah/kodrati, wanita berbeda dengan laki-laki dalam hal subyektifitas. Laki-laki lebih obyektif dalam melihat sesuatu, lebih banyak memikirkan hal-hal yang lebih jauh tentang masa depan karena laki-laki perlu bermasyarakat, berjuang dan menjadi pemimpin.
👀 Wanita memiliki subyektifitas yang lebih karena terkait dengan urusan domestik (urusan dalam rumah tangga) sehingga wanita lebih tahan berada di rumah. Laki-laki bisa tetap tampil di masyarakat karena adanya support atau dukungan dari istri.
👀  Ketertarikan wanita pada laki-laki juga berdasarkan sesuatu yang subyektif, seperti popularitas, status sosial, kebaikannya dan bukan pada fisiknya laki-laki. Sementara laki-laki tertarik pada wanita berdasarkan tampilan fisiknya sehingga semua mata laki-laki akan senantiasa tertuju pada wanita.  Karena itu wanita harus memiliki rasa malu untuk melindungi dirinya. Dengan demikian, rasa malu otomatis ada pada wanita.
🎈b.  Rasa malu diperlukan untuk urusan domestik, yaitu utk sesuatu yang bersifat rahasia, diantaranya untuk memelihara rahasia suaminya.
Inilah yang disebut wanita shalihat, yaitu wanita yang bisa menjaga rahasia suaminya.
🎈c.  Adanya rasa malu yang melekat pada wanita, maka wanita diperintahkan untuk berjilbab sebagaimana firman Allah dalam
QS Al Ahzab : 59
yang mengandung perintah untuk berjilbab bagi wanita muslimah agar dirinya dianggap atau dikenal  sebagai wanita muslimah atau wanita baik-baik yang tampak santun, jujur dan amanah. Maka wanita tersebut tidak akan dilecehkan. Jilbab merupakan simbol dari rasa malu yang dimiliki wanita karena ia mampu memelihara rasa malu dengan  sempurna. Wanita yang hilang rasa malunya, maka ia akan membuka auratnya dan berbuat sesuka hatinya.

🌿🍓🌿🍓🌿🍓

Demikian materi kajian kali ini... Semoga Allah memudahkan kita utk senantiasa menghiasi diri kita dengan rasa malu dan akhlak mulia lainnya...
آَمِيّـٍـِـنْ... آَمِيّـٍـِـنْ يَآرَبْ آلٌعَآلَمِِيِن.... اللهم آَمِيّـٍـِـنْ...
🌿🍓🌿🍓🌿🍓

By Ust. Hilman Rosyad Syihab


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silakan Berkomentar...