Assalamu'alaikum para pembaca yang budiman. Kali ini tausiah islam whatsapp kembali membahas seputar dunia jin. Kajian kali ini adalah lanjutan dari episode 1 (klik di sini untuk membaca bagian 1) yang dipaparkan oleh ust Farid Nu'man Hasan. Selamat membaca...
3⃣ Bisakah Melihat Jin?
Para ulama berbeda pendapat; apakah jin bisa dilihat? Imam Al Qurthubi Rahimahullah menguraikan:
{مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ} قال بعض العلماء: في هذا دليل على أن الجن لا يرون؛ لقوله {مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ} قيل: جائز أن يروا؛ لأن الله تعالى إذا أراد أن يريهم كشف أجسامهم حتى ترى. قال النحاس: {مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ} يدل على أن الجن لا يرون إلا في وقت نبي؛ ليكون ذلك دلالة على نبوته؛ لأن الله جل وعز خلقهم خلقا لا يرون فيه، وإنما يرون إذا نقلوا عن صورهم. وذلك من المعجزات التي لا تكون إلا في وقت الأنبياء صلوات الله وسلامه عليهم.
“(dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka), berkata sebagian ulama: ini merupakan dalil bahwa jin tidak dapat dilihat karena firmanNya: (dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka). Disebutkan: “bisa saja mereka dilihat, karena Allah Ta’ala jika menghendaki memperlihatkan mereka akan disingkap jasad mereka hingga terlihat.” Berkata An Nuhas: (dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka) menunjukkan bahwa jin tidak dapat dilihat kecuali pada masa Nabi, yang demikian itu menjadi bukti kenabiannya, karena Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan mereka menjadi makhluk yang tidak dapat dilihat, sesungguhnya mereka bisa dilihat hanyalah ketika mereka beralih dari wujud aslinya. Demikian itu merupakan mu’jizat yang tidak terjadi kecuali pada masa para Nabi Shalawatullah wa Salamuhu ‘Alaihim.” (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkam Al Quran, 7/186. Dar ‘Alim Al Kutub)
Tertulis dalam Mahasin At Ta’wil tentang tafsir surat Al A’raf ayat 27 di atas, sebagai berikut:
قال السيوطي في " الاكليل " : قال ابن الفرس : استدل بها بعضهم على أن الجن لا يرون وأن من قال إنهم يُرون فهو كافر . انتهى .
“Berkata As Suyuthi dalam Al Iklil: berkata Ibnu Al Faris: sebagian manusia berdalil dengan ayat ini bahwa jin tidak dapat dilihat, dan barang siapa yang mengatakan bahwa mereka diperlihatkan jin maka dia kafir.” (Imam Jamaluddin Al Qasimi, Mahasin At Ta’wil)
Al Qasimi melanjutkan, bahwa ‘sebagian manusia’ yang dimaksud adalah golongan mu’tazilah. Oleh karena itu Az Zamakhsyari (tokoh besar Mu’tazilah) mengatakan:
فيه دليل بين أن الجن لا يرون ولا يظهرون للإنس ، وأن إظهارهم أنفسهم ليس في استطاعتهم ، وأن زعم من يدعي رؤيتهم زور ومخرقة .
“Dalam ayat ini terdapat dalil yang jelas, bahwa jin tidak dapat dilihat dan tidak Nampak bagi manusia, sesungguhnya penampakan mereka bukanlah kemampuan mereka, dan persangkaan orang yang mengklaim dapat melihat mereka adalah dusta.” (Ibid)
Adapun Ahlus Sunnah menyanggah pendapat mereka, bahwa hadits-hadits shahih dan masyhur menyebutkan bahwa jin dapat dilihat (tetapi bukan dalam wujud asli). Ada pun ayat di atas tidaklah mengingkari kemungkinan ini, sebab ayat di atas tidak menyebutkan ‘syetan tidak dapat dilihat’, tetapi mereka ada di tempat yang manusia tidak bisa melihat, namun mereka bisa melihat manusia.
Disebutkan dalam Fathul Bayan:
وقد استدل جماعة من أهل العلم بهذه الآية على أن رؤية الشياطين غير ممكنة ، وليس في الآية ما يدل على ذلك ، وغاية ما فيها أنه يرانا من حيث لا نراه ، وليس فيها أنا لا نراه أبداً ، فإن انتفاء الرؤية منا له في وقت رؤيته لنا لا يستلزم انتفاءها مطلقاً
“Segolongan ulama telah berdalil dengan ayat ini, bahwa melihat syetan tidaklah mungkin. Maksud ayat tersebut tidaklah demikian. Maksudnya adalah bahwa dia (syetan) melihat kita dari tempat yang kita tidak bisa melihatnya, bukan maksudnya bahwa kita tidaklah dapat melihatnya selamanya. Sebab, pengingkaran terhadap kita bahwa kita tidak dapat melihatnya di saat melihatnya, tidaklah mengharuskan pengingkaran secara mutlak” (Ibid. Lihat juga Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 3/26. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Imam Jamaluddin Al Qasimi Rahimahullah mengatakan:
والحق جواز رؤيتهم كما هو ظاهر الأحاديث الصحيحة ، وتكون الآية مخصوصة بها ، فيكونون مرئيين في بعض الأحيان لبعض الناس دون بعض . انتهى .
Yang benar adalah bisa saja melihat mereka sebagaimana tertulis dalam teks hadits-hadits shahih, dan ayat-ayat khusus tentang itu, maka mereka bisa dilihat oleh sebagaian manusia pada sebagian keadaan, dan tidak pada selainnya.” (Ibid)
Tentang hadits-hadits yang dimaksud –insya Allah Ta’ala- akan kami paparkan pada bagiannya nanti.
4⃣ Asal Usul Penciptaan Jin
Jin diciptakan dari api. Ketetapan ini bersumberkan ayat-ayat berikut:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr (15): 27)
Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan: jin diciptakan dari lidah api yang panas menyala (Lahbun Nar). Dalam riwayat lain: dari api yang paling bagus (min ahsanin nar). Amru bin Dinar mengatakan: dari apinya matahari (Narusy Syamsi). (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/533. Dar Nasyr wat Tauzi’)
Ayat lainnya:
وَخَلَقَ الْجَانَّ مَن مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍ
“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar Rahman (55): 15)
(Bersambung ke bagian 3...)
bagian 3 klik di sini
🍃🌾🌸🌻🌴🌺☘🌷
✏️ Farid Nu'man Hasan
🌏 Join Telegram: bit.ly/1Tu7OaC
Silakan Berkomentar...